Search
Close this search box.

Aisyah Putri, Keikutsertaan Mahasiswa Jurusan Tadris IPS IAIN Ponorogo Dalam Kegiatan KPM Kolaboratif Moderasi Beragama Di Desa Bululor Jambon Ponorogo

TADRIS IPS IAIN PONOROGO, PONOROGO – Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 533 Tahun 2023 tentang petunjuk Teknis Kuliah Kerja Nyata Moderasi Beragama Tahun 2023, IAIN Ponorogo berkolaborasi dengan STABN Raden Wijaya Wonogiri, STAINU Madiun, STAIMAS Wonogiri, IAI Ngawi, dan INSURI Ponorogo untuk melaksanakan program Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Kabupaten Ponorogo. Hal ini didasari oleh intoleransi beragama yang berpotensi pada ekstrimisme dan terorisme beragama yang menjadi persoalan serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Tujuan akan adanya KPM Kolaboratif Moderasi Beragama untuk mengimplementasikan gerakan Moderasi Beragama sebagai kepedulian maupun semangat KPM Moderasi Beragama kepada masyarakat dalam konteks penguatan terhadap eksistensi NKRI. Terdapat 4 nilai dalam Gerakan bermoderasi beragama yang diusung antara lain; Gerakan Nusantara Berbasis Kepada Penguatan Kebangsaan, Gerakan Nusantara Anti-Kekerasan (Anti-Sara), Gerakan Nusantara Kebudayaan Local (Melestarikan dan Mengembangkan Kebudayaan dan Tradisi yang berbasis kepada Kearifan Lokal).

Pembukaan dan pelepasan KPM Kolaboratif Moderasi Beragama ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Juli 2023 yang bertempat di Pendopo Agung Ponorogo dan dibuka oleh Bapak Bupati Ponorogo H. Sugiri Sancoko, S.E., M.M.

“Ikut serta dalam KPM Kolaboratif Moderasi Beragama merupakan suatu keinginan saya untuk bisa lebih belajar mengenai cara bermoderasi beragama dengan umat Buddha yang ada di desa Bululor ini. Banyak yang tidak saya ketahui hingga saya tahu bagaimana umat Buddha beribadah, kitab suci hingga tempat beribadah yang ada di Ponorogo ini” tuturnya.

Selama di Desa Bululor Aisyah sempat mengikuti teman yang beragama Buddha untuk beribadah di Vihara Vimalakirti yang terletak di Dusun Gupit, ternyata cukup banyak umat Buddha yang berada di Desa Bululor ini, terdapat 16 Kartu Keluarga yang beragama Buddha. Budaya yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah tertinggal ialah Angjangsana, dimana sembahyang selalu dilakukan di rumah warga umat Buddha secara bergilir dan kegiatan anjangsana ini dilaksanakan setiap hari rabu malam kamis. Kegiatan anjangsana ini tidak berbeda jauh dengan kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam seperti kegiatan yasinan atau tahlilan.

Toleransi sesama umat beragama yang ada di desa Bululor sangat dijunjung tinggi oleh Masyarakat. Tidak ada perbedaan antar umat beragama Islam dengan umat Buddha. Mereka dapat hidup berdampingan dengan nyaman dan damai. Ketika ada kegiatan, pasti saat berkah doa akan dipimpin dengan Agama Islam dan Agama Buddha secara bergantian.

“Kesan dan pesan saya saat mengikuti KPM Kolaboratif Moderasi Beragama di Desa Bululor adalah mendapatkan pengalaman baru dan menjadi hal yang patut dibanggakan karena 2 agama dapat hidup berdampingan. Harapan saya kepada pemerintah setempat dan generasi muda sekitar Desa Bululor adalah senantiasa menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan, Agar budaya hidup berdampingan 2 agama ini tidak luntur, dan terutama kepada pemuda beragama Buddha setempat menjadi agen agar agama Buddha di Desa Bululor agar senantiaisa mengajarkan nilai-nilai Pancasila Buddhis sebagai pondasi dasar utuk anak sedini mungkin sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat” tuturnya.

Postingan Terkait